LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
ACARA II
PENGUKURAN LONGITUDINAL FAKTOR
FISIKA KIMIA KUNCI DI SEGARA ANAKAN
Disusun Oleh :
Nur Fadilatul Aen H1K013005
Asisten
Jamaludin
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN
ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Segara Anakan merupakan laguna yang terletak di
Kecamatan Kawungunten Kabupaten Cilacap yang berada pada perbatasan antara
Kabupaten Ciamis Jawa Barat dengan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah . Segara
Anakan merupakan suatu laguna semi tertutup yang terhalang oleh Pulau
Nusakambangan dan dikelilingi oleh muara sungai dimana kondisinya secara terus
menerus mengalami penurunan lingkungan (Pamungkas,2003). Kondisi pasang surut
dan kadar garamnya masih mencirikan sifat-sifat laut, tetapi gelombang dan
arusnya sudah teredam sehingga menjadi perairan yang tenang. Dengan kondisi
yang demikian, banyak yang menyebut segara anakan sebagai lagoon atau laguna.
Estuari adalah jenis perairan yang memiliki variasi
yang tinggi ditinjau dari faktor fisik, kimia, biologi, ekologi dan jenis
habitat yang terbentuk di dalamnya. Oleh karena itu interaksi antara komponen
fisik, kimia dan biologi yang membentuk suatu ekosistem sangat kompleks.
Hal
ini disebabkan karena dinamika dari estuari sangat besar, baik dalam skala
waktu yang pendek karena adanya pasang surut maupun dalam skala waktu yang
panjang karena adanya pergantian musim. Organisme yang mampu bertahap pada
kondisi fisik dan kimia perairan dapat tetap hidup dan tinggal nyaman di
habitatnya, tetapi bagiorganisme yang tidak mampu bertahan pada ambang toleransinya akan menjadi
organisme pengunjung transisi, dimana pada saat sesuai dengan batas ambangnya
organisme ini akan masuk ke habitat di estuari, tetapi jika tidak maka
organisme ini akan meninggalkan daerah estuari ini (Krebs,1978).
Menurut Nybakken (1992), sifat fisik-kimia perairan
sangat penting dalam ekologi. Oleh karena itu selain melakukan pengamatan
terhadap faktor biotik, perlu juga dilakukan pengamatan faktor abiotik
perairan. Dengan mempelajari aspek saling ketergantungan antara organisme
dengan faktor abiotik akan diperoleh gambaran tentang kualitas perairan. Sifat
fisik estuarin yang mempunyai variasi yang besar dalam banyak parameter yang
sering kali menciptakan suatu lingkungan yang sangat menekan bagi organisme.
Mungkin inilah yang menyebabkan mengapa
jumlah spesies yang hidup didaerah estuarin lebih sedikit dibanding
dengan di habitat laut lainnya (Petter,1999).
Faktor fisik seperti salinitas, suhu, kekeruhan,
penetrasi cahaya, kedalaman, kecepatan arus dan Total Suspended Solid atau TSS.Yang
pertama adalah salinitas dimana salinitas merupakan faktor dominan. Secara
definitif, sutu gradient salinitas akan tampak pada suatu saat tertentu. Tetapi
pola gradient bervariasi bergantung pada
musim, topografi estuaria, pasang surut dan jumlah air tawar. Tetapi ada juga
faktor lain yang berperan dalam mengubah pola salinitas. Estuaria memiliki
peralihan (gradien) salinitas yang
bervariasi, terutama tergantung pada permukaan air tawar dari sungai dan
air laut melalui pasang surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan
bagi organisme, tetapi mendukung kehidupan biota yang padat dan juga menyangkal
predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas
yang rendah. (Praktiko, 2006).
1.2
Tujuan
Mengetahui pola
longitudinal factor fisik - kimia kunci di Segara Anakan.
II.
MATERI
DAN METODE
2.1
Materi
2.1.1
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum “Pengukuran Longituninal
Faktor Fisika Kimiadi Segara Anakan” adalah : Tali, Botol Aquades dan Hand
refraktometer atau Conductivity (alatpengukur salinitas)
2.1.2
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum “Pengukuran
Longituninal Faktor Fisika Kimiadi Segara Anakan” adalah : Aquades dan Air di
Segara Anakan
2.2
Metode
2.2.1
Prosedur Kerja
1. Ikat tali pada botol
untuk kemudian botol di jatuhkan kedalam air.
2. Air yang ada di
dalam botol, dimasukan kedalam Handrefraktometer.
3. Arahkan
Handrefraktometer pada arah datangnya cahaya kemudian lihat angka yang muncul.
4. Catat data yang di
dapat dan Lakukan hal tersebut secara berulang setiap 15 menit sekali.
2.3
Waktu
dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari jumat dan sabtu pada tanggal 7 dan 8 November 2014
di Segara Anakan.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Tabel 1. Data Salinitas pada sungai
Segara Anakan
No
|
Waktu
|
Salinitas (ppt)
|
1
|
15 menit ke-1
|
28
|
2
|
15 menit ke-2
|
25
|
3
|
15 menit ke-3
|
25
|
4
|
15 menit ke-4
|
22
|
5
|
15 menit ke-5
|
23
|
6
|
15 menit ke-6
|
21
|
7
|
15 menit ke-7
|
22
|
8
|
15 menit ke-8
|
22
|
9
|
15 menit ke-9
|
24
|
10
|
15 menit ke-10
|
|
11
|
15 menit ke-11
|
|
3.2
Pembahasan
Grafik 1. Data salinitas pada sungai
Segara Anakan
Pengambilan sampel data salinitas secara
longitudinal yang di lakukan pada sungai Serayu bermuara di Segara Anakan untuk
kemudian dilanjutkan ke Laut Cilacap.Waktu pengambilan data dilakukan setiap 15
menit dan dilakukan selama 150 menit atau setara dengan 2 jam 30 menit.
Pengambilan data salinitas pada menit pertama di
peroleh salinitas sebesar 28 ppt atau tidak terjadi stratifikasi, hal ini
sesuai dengan referensi forum yakni perairan intertidal pada umumnya berada
pada tingkatan salinitas 28-35 ppt (Kavanaugh, 2009). Pada
15 menit kedua dan 15 menit ketiga di peroleh salinitas yang sama yaitu sebesar 25 ppt (SVERDRUP, H. U. 2003). Nilai
salinitas yang relative sama pada kedalaman
menunjukan tidak adanya pengaruh dari air laut/intrusi air laut ke
sungai dan kedalaman sungai yang dangkal. Pada 15 menit keempat salinitas sebesar 22 ppt, pada15 menit
kelima salinitas sebesar 23. Pada 15
menit keenam salinitas di peroleh sebesar 21 ppt disini salinitas semakin turun
hal ini di sebabkan pengambilan sampel dilakukan pada saat musim hujan. Sebaran
salinitas di estuarin dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi
air, evaporasi, penguapan, curah hujan, dan aliran sungai (Nontji, 2008).
Perubahan
salinitas dipengaruhi oleh pasang surut dan musim. Ke arah darat, salinitas
muara cenderung lebih rendah. Tetapi selama musim kemarau pada saat aliran air
sungai berkurang, air laut dapat masuk lebih jauh ke arah darat sehingga
salinitas muara meningkat. Sebaliknya pada musim hujan, air tawar mengalir dari
sungai ke laut dalam jumlah yang lebih besar sehingga salinitas air di muara
menurun..Pada 15 menit ke 7, 8, 9 di peroleh salinitas sebesar 22 ppt, 22 ppt,
24 ppt.
Pada pengambilan data salinitas dimenit-menit
terakhir terjadi kesalahan, yakni hanya menghitung waktu sampai 135 menit,
sehingga terjadi kekosongan data pada tiga data yang terakhir. Secara garis
besar perbedaan salinitas yang cukup signifikan pada setiap 15 menit selain
disebabkan karena adanya pencemaran perairan di sungai Segara Anakan, factor
kunci dari salinitas juga cukup berpengaruh. Menurut (Armita, 2011) factor yang
mempengaruhi besar kecilnya dan perubahan salinitas yang terjadi pada suatu
perairan disebabkan oleh adanya penguapan, curah hujan, Air sungai, letak dan
ukuran laut, arus laut, angina dan kelembapan udara yang berpengaruh di
atasnya.Selanjunya Menurut Praktiko,
(2006) bahwa Secara definitif, satu gradient salinitas akan tampak pada suatu
saat tertentu. Tetapi pola gradient bervariasi
bergantung pada musim, topografi estuaria, pasang surut dan jumlah air
tawar. Tetapi ada juga faktor lain yang berperan dalam mengubah pola salinitas.
Pasang surut merupakan salah satu kekuatan. Oleh karena itu, pada berbagai
musim suatu titik tertentu diestuaria dapat mengalami salinitas yang
berbeda-beda . Estuaria memiliki peralihan (gradien)
salinitas yang bervariasi, terutama
tergantung pada permukaan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang
surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tetapi
mendukung kehidupan biota yang padat dan juga menyangkal predator dari laut
yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas yang rendah.
IV.
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Rata-rata salinitas yang ada pada perairan segara
anakan yakni 27 ppt atau beradadi bawah standar salinitas perairan pesisir
yakni 28-35 ppt.
Faktor kunci fisika kimia yang mempengaruhi di
sungai Segara Anakan adalah curah hujan, Air sungai, letak dan ukuran laut, arus
laut, angin dan kelembapan udara yang berpengaruh di atasnya.
4.2
Saran
Pengambilan
sampel sebaiknya dilakukan dengan hati-hati agar data yang didapatkan akurat.
Dalam pengambilan data salinitas dilakukan dengan hati-hati karena mengingat
alat yang digunakan cukup mahal. Perlu kerjasama yang baik antara kelompok agar
kerja mengefisienkan waktu dalam pengambilan data
DAFTAR
PUSTAKA
Armita, Dewi. 2011. Analisis
perbandingan kualitas air di daerah budidaya rumput laut dengan daerah daerah
tidak ada budidaya rumput laut di dusun malelaya, desa punaga, kecamatan
mangarabombang, kabupaten takalar. Skripsi. Program Sarjana, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Kavanaugh M.T., K. J. Nielsen, F.
T. Chan, B. A. Menge, R. M. Letelier, and L. M.
Goodrich,2009. Experimental
Assesment of the Effects of Shade on an Intertidalkelp: Do Phytoplankton Blooms
Inhibit Growth of Open-Coast Macroalgae.Limnol. Oceanography.,54(1), 276-288.
Krebs, C.J. 1978.Ecological Methodology. New York: Harper
and Row Publisher
Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis.
P.T. Gramedia Jakarta. 36-41
Nontji, A.2007. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.
Pamungkas, O. 2003. Struktur dan
Komposisi Hutan Mangrove di Segara Anakan Cilacap. Laporan Penelitian. FPIK-Ilmu
Kelautan Undip.
Peter, K.L. Ng. and N. Sivasothi.
1999. A Guide to The Mangrove of Singapore II (Animal Diversity). Published by
Singapore Science Centre. 168 pp.
Pratikto, I. & Rochaddi, B.
2006. Ekologi perairan Delta Wulan Demak, Jawa Tengah : korelasi sebaran
gastropoda dan bahan organik dasar di kawasan mangrove. Ilmu Kelautan 11(4):
76-78.
SVERDRUP, H. U. 2003. The oceans,
their physics, chemistry, and general biology. Prentice-Hall, New York : 1049
pp.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar