Jumat, 02 Januari 2015

PENGUKURAN LONGITUDINAL FAKTOR FISIKA KIMIA KUNCI DI SEGARA ANAKAN

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
ACARA II
PENGUKURAN LONGITUDINAL FAKTOR FISIKA KIMIA KUNCI DI SEGARA ANAKAN

Disusun Oleh :
Nur Fadilatul Aen                   H1K013005
Asisten
Jamaludin


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
I.                  PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Segara Anakan merupakan laguna yang terletak di Kecamatan Kawungunten Kabupaten Cilacap yang berada pada perbatasan antara Kabupaten Ciamis Jawa Barat dengan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah . Segara Anakan merupakan suatu laguna semi tertutup yang terhalang oleh Pulau Nusakambangan dan dikelilingi oleh muara sungai dimana kondisinya secara terus menerus mengalami penurunan lingkungan (Pamungkas,2003). Kondisi pasang surut dan kadar garamnya masih mencirikan sifat-sifat laut, tetapi gelombang dan arusnya sudah teredam sehingga menjadi perairan yang tenang. Dengan kondisi yang demikian, banyak yang menyebut segara anakan sebagai lagoon atau laguna.
Estuari adalah jenis perairan yang memiliki variasi yang tinggi ditinjau dari faktor fisik, kimia, biologi, ekologi dan jenis habitat yang terbentuk di dalamnya. Oleh karena itu interaksi antara komponen fisik, kimia dan biologi yang membentuk suatu ekosistem sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena dinamika dari estuari sangat besar, baik dalam skala waktu yang pendek karena adanya pasang surut maupun dalam skala waktu yang panjang karena adanya pergantian musim. Organisme yang mampu bertahap pada kondisi fisik dan kimia perairan dapat tetap hidup dan tinggal nyaman di habitatnya, tetapi bagiorganisme yang tidak mampu bertahan  pada ambang toleransinya akan menjadi organisme pengunjung transisi, dimana pada saat sesuai dengan batas ambangnya organisme ini akan masuk ke habitat di estuari, tetapi jika tidak maka organisme ini akan meninggalkan daerah estuari ini (Krebs,1978).
Menurut Nybakken (1992), sifat fisik-kimia perairan sangat penting dalam ekologi. Oleh karena itu selain melakukan pengamatan terhadap faktor biotik, perlu juga dilakukan pengamatan faktor abiotik perairan. Dengan mempelajari aspek saling ketergantungan antara organisme dengan faktor abiotik akan diperoleh gambaran tentang kualitas perairan. Sifat fisik estuarin yang mempunyai variasi yang besar dalam banyak parameter yang sering kali menciptakan suatu lingkungan yang sangat menekan bagi organisme. Mungkin inilah yang menyebabkan mengapa  jumlah spesies yang hidup didaerah estuarin lebih sedikit dibanding dengan di habitat laut lainnya (Petter,1999).
Faktor fisik seperti salinitas, suhu, kekeruhan, penetrasi cahaya, kedalaman, kecepatan arus dan Total Suspended Solid atau TSS.Yang pertama adalah salinitas dimana salinitas merupakan faktor dominan. Secara definitif, sutu gradient salinitas akan tampak pada suatu saat tertentu. Tetapi pola gradient bervariasi  bergantung pada musim, topografi estuaria, pasang surut dan jumlah air tawar. Tetapi ada juga faktor lain yang berperan dalam mengubah pola salinitas. Estuaria memiliki peralihan (gradien) salinitas yang  bervariasi, terutama tergantung pada permukaan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tetapi mendukung kehidupan biota yang padat dan juga menyangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas yang rendah. (Praktiko, 2006).

1.2              Tujuan
Mengetahui pola longitudinal factor fisik - kimia kunci di Segara Anakan.







II.               MATERI DAN METODE
2.1              Materi
2.1.1    Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum “Pengukuran Longituninal Faktor Fisika Kimiadi Segara Anakan” adalah : Tali, Botol Aquades dan Hand refraktometer atau Conductivity (alatpengukur salinitas)
2.1.2   Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum “Pengukuran Longituninal Faktor Fisika Kimiadi Segara Anakan” adalah : Aquades dan Air di Segara Anakan
2.2              Metode
2.2.1        Prosedur Kerja
1. Ikat tali pada botol untuk kemudian botol di jatuhkan kedalam air.
2. Air yang ada di dalam botol, dimasukan kedalam Handrefraktometer.
3. Arahkan Handrefraktometer pada arah datangnya cahaya kemudian lihat angka yang muncul.
4. Catat data yang di dapat dan Lakukan hal tersebut secara berulang setiap 15 menit sekali.

2.3              Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jumat dan sabtu pada tanggal 7 dan 8 November 2014 di Segara Anakan.
III.           HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1              Hasil
Tabel 1. Data Salinitas pada sungai Segara Anakan
No
Waktu
Salinitas (ppt)
1
15 menit ke-1
28
2
15 menit ke-2
25
3
15 menit ke-3
25
4
15 menit ke-4
22
5
15 menit ke-5
23
6
15 menit ke-6
21
7
15 menit ke-7
22
8
15 menit ke-8
22
9
15 menit ke-9
24
10
15 menit ke-10

11
15 menit ke-11








3.2              Pembahasan
Grafik 1. Data salinitas pada sungai Segara Anakan
Pengambilan sampel data salinitas secara longitudinal yang di lakukan pada sungai Serayu bermuara di Segara Anakan untuk kemudian dilanjutkan ke Laut Cilacap.Waktu pengambilan data dilakukan setiap 15 menit dan dilakukan selama 150 menit atau setara dengan 2 jam 30 menit.
Pengambilan data salinitas pada menit pertama di peroleh salinitas sebesar 28 ppt atau tidak terjadi stratifikasi, hal ini sesuai dengan referensi forum yakni perairan intertidal pada umumnya berada pada tingkatan salinitas 28-35 ppt (Kavanaugh, 2009). Pada 15 menit kedua dan 15 menit ketiga di peroleh salinitas yang sama  yaitu sebesar 25 ppt (SVERDRUP, H. U. 2003). Nilai salinitas yang relative sama pada kedalaman  menunjukan tidak adanya pengaruh dari air laut/intrusi air laut ke sungai dan kedalaman sungai yang dangkal. Pada 15 menit keempat  salinitas sebesar 22 ppt, pada15 menit kelima  salinitas sebesar 23. Pada 15 menit keenam salinitas di peroleh sebesar 21 ppt disini salinitas semakin turun hal ini di sebabkan pengambilan sampel dilakukan pada saat musim hujan. Sebaran salinitas di estuarin dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, evaporasi, penguapan, curah hujan, dan aliran sungai (Nontji, 2008). Perubahan salinitas dipengaruhi oleh pasang surut dan musim. Ke arah darat, salinitas muara cenderung lebih rendah. Tetapi selama musim kemarau pada saat aliran air sungai berkurang, air laut dapat masuk lebih jauh ke arah darat sehingga salinitas muara meningkat. Sebaliknya pada musim hujan, air tawar mengalir dari sungai ke laut dalam jumlah yang lebih besar sehingga salinitas air di muara menurun..Pada 15 menit ke 7, 8, 9 di peroleh salinitas sebesar 22 ppt, 22 ppt, 24 ppt.
Pada pengambilan data salinitas dimenit-menit terakhir terjadi kesalahan, yakni hanya menghitung waktu sampai 135 menit, sehingga terjadi kekosongan data pada tiga data yang terakhir. Secara garis besar perbedaan salinitas yang cukup signifikan pada setiap 15 menit selain disebabkan karena adanya pencemaran perairan di sungai Segara Anakan, factor kunci dari salinitas juga cukup berpengaruh. Menurut (Armita, 2011) factor yang mempengaruhi besar kecilnya dan perubahan salinitas yang terjadi pada suatu perairan disebabkan oleh adanya penguapan, curah hujan, Air sungai, letak dan ukuran laut, arus laut, angina dan kelembapan udara yang berpengaruh di atasnya.Selanjunya Menurut  Praktiko, (2006) bahwa Secara definitif, satu gradient salinitas akan tampak pada suatu saat tertentu. Tetapi pola gradient bervariasi  bergantung pada musim, topografi estuaria, pasang surut dan jumlah air tawar. Tetapi ada juga faktor lain yang berperan dalam mengubah pola salinitas. Pasang surut merupakan salah satu kekuatan. Oleh karena itu, pada berbagai musim suatu titik tertentu diestuaria dapat mengalami salinitas yang berbeda-beda . Estuaria memiliki peralihan (gradien) salinitas yang  bervariasi, terutama tergantung pada permukaan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tetapi mendukung kehidupan biota yang padat dan juga menyangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas yang rendah.
















IV.           KESIMPULAN DAN SARAN
4.1              Kesimpulan
Rata-rata salinitas yang ada pada perairan segara anakan yakni 27 ppt atau beradadi bawah standar salinitas perairan pesisir yakni 28-35 ppt.
Faktor kunci fisika kimia yang mempengaruhi di sungai Segara Anakan adalah curah hujan, Air sungai, letak dan ukuran laut, arus laut, angin dan kelembapan udara yang berpengaruh di atasnya.
4.2              Saran
Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan dengan hati-hati agar data yang didapatkan akurat. Dalam pengambilan data salinitas dilakukan dengan hati-hati karena mengingat alat yang digunakan cukup mahal. Perlu kerjasama yang baik antara kelompok agar kerja mengefisienkan waktu dalam pengambilan data










DAFTAR PUSTAKA

Armita, Dewi. 2011. Analisis perbandingan kualitas air di daerah budidaya rumput laut dengan daerah daerah tidak ada budidaya rumput laut di dusun malelaya, desa punaga, kecamatan mangarabombang, kabupaten takalar. Skripsi. Program Sarjana, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Kavanaugh M.T., K. J. Nielsen, F. T. Chan, B. A. Menge, R. M. Letelier, and L. M.

Goodrich,2009. Experimental Assesment of the Effects of Shade on an Intertidalkelp: Do Phytoplankton Blooms Inhibit Growth of Open-Coast Macroalgae.Limnol. Oceanography.,54(1), 276-288.

Krebs, C.J. 1978.Ecological Methodology. New York: Harper and Row Publisher

Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. P.T. Gramedia Jakarta. 36-41

Nontji, A.2007. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.

Pamungkas, O. 2003. Struktur dan Komposisi Hutan Mangrove di Segara Anakan Cilacap. Laporan Penelitian. FPIK-Ilmu Kelautan Undip.

Peter, K.L. Ng. and N. Sivasothi. 1999. A Guide to The Mangrove of Singapore II (Animal Diversity). Published by Singapore Science Centre. 168 pp.

Pratikto, I. & Rochaddi, B. 2006. Ekologi perairan Delta Wulan Demak, Jawa Tengah : korelasi sebaran gastropoda dan bahan organik dasar di kawasan mangrove. Ilmu Kelautan 11(4): 76-78.

SVERDRUP, H. U. 2003. The oceans, their physics, chemistry, and general biology. Prentice-Hall, New York : 1049 pp.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar